Kejadian banjir yang dialami Nabi Nuh dan kaumnya mencapai 6 bulan lamany yaitu dari bulan Rajab sampai bulan Dzulhijjah. Tak heran jika muncul berbagai perubahan di bumi saat itu. Kaum Nabi Nuh yang selamat dari banjir adalah 80 orang dengan 40 perempuan dan 40 laki-laki. Mereka semua pun menempati sebuah desa dan tinggal di sana memulai kehidupan setelah banjir. Lalu Allah menimpakan ujian untuk mereka sehingga hanya tersisa Nabi Nuh dan ketiga putranya beserta istri-istrinya. Oleh karena itu total manusia yang hidup di zaman itu adalah 7 orang. Dengan adanya kejadian ini, para ‘alim mengatakan bahwa Nabi Nuh adalah Bapak Manusia kedua.

Berdasarkan riwayat dari Al Kisa’i

Sewaktu Nabi Nuh masih tetap di bumi, beliau pun membagi putra-putranya agar menempati tiga arah mata angin. Putra Nabi Nuh yang selamat dari banjir dan beriman kepada Allah adalah Sam, Ham, dan Yafits. Sedangkan istri Nabi Nuh dan putranya Kan’an tenggelam dalam banjir dan tetap tidak mau beriman. Pembagian pertama adalah Sam yang menempati di bumi sebelah barat (Ghorbiyyah) yaitu meliputi bangsa Persia, Romawi, dan Arab. Dari wajah Sam terpancar ada Nur an-Nubuwwah lalu Nabi Nuh menambah negeri Hijaz, Yaman, Irak, dan Syam. Selain dari negeri tersebut. Dari keturunan Ham menempati wilayah bumi sebelah Selatan menjadi bangsa Negroid dan Habasyah. Adapun keturunan dari Yafits menempati arah Timur seperti bangsa Turki, Yakjuj dan Makjuj.

Peristiwa berikutnya, Allah berfirman kepada Nabi Nuh bahwa agar menguburkan jasad Nabi Adam dan Ibu Hawa ke makam asalnya. Nabi Nuh pun memenuhi perintah Allah. Lalu, Allah memerintahkan kembali kepada Nabi Nuh agar mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya. Lagi-lagi, Nabi Nuh pun melaksanakan perintah Allah. Nabi Nuh pun meletakkan apapun di bumi sesuai awal mulanya sebelum terjadi banjir.

Berdasarkan riwayat Ka’ab bin Akhbar

Ketika Nabi Nuh telah memasuki usia sepuh dan telah mendekati ajalnya, Nabi Nuh ingin mendoakan untuk putra-putranya beserta keturunan-keturunanya. Nabi Nuh memohon kepada Allah agar meng-ijabah doanya. Kemudian Nabi Nuh naik ke atas gunung yang tinggi dan memanggil putra-putranya yang diawali dengan Sam. Sam pun datang dan duduk di hadapan Nabi Nuh. Nabi Nuh berdoa untuk Sam sembari meletakkan tanganya di atas tangan Sam : “Ya Allah, berkahilah Sam dan keturunannya. Jadikanlah dari mereka-mereka nabi-nabi dan raja-raja”.

Kemudian Nabi Nuh memanggil Ham, namun ia tidak menjawab panggilannya. Nabi Nuh pun berdoa untuk Ham dan keturunannya : “Ya Allah, jadikanlah keturunan Ham menjadi orang-orang yang wajahnya menghitam dan jadikanlah darinya Budak, khadim (pelayan) bagi keturunan Sam”. Putra Ham yang bernama Misrayim mendengarnya, lalu datang menemui Nabi Nuh dan berkata : “Kakek, aku memenuhi panggilanmu, jika ayahku tidak datang. Maka Nabi Nuh meletakkan kedua tangannya di atas tangan Misrayim dan berdoa untuknya : “Ya Allah, sebagaimana engkau mengabulkan doaku, maka berkahilah Misrayim dan keturunanya. Berikanlah tempat tinggal yang barokah yaitu Induknya Negara, dan menolong budak dengan sungai Nil yang menjadi utama-utamanya sungai”. Misrayim pun menempati suatu tempat, dan dari namanya inilah tempat itu dikenal dengan Mesir. Keturunan dari Misrayim ini dikenal dengan bangsa Qibti.

Nabi Nuh pun memanggil Yafits, ia pun juga tidak memenuhi panggilan Nabi Nuh sebagaimana Ham. Lalu Nabi Nuh berdoa untuk Yafits : “Ya Allah, jadikanlah dari keturunan Yafits adalah seburuk-buruknya makhluk seperti bangsa Ya’juj, Ma’juj, dan Turki.

Sewaktu Nabi Nuh berdoa untuk Ham, beberapa hari berikutnya, istrinya mengandung lalu melahirkan dua anak yaitu putra dan putri yang berkulit hitam. Melihat keduanya, Ham terkejut dan mengingkari keduanya lalu berkata : “Mereka berdua bukan anakku”. Istrinya berkata “Iya, tapi mereka ini anakmu”. Ham pergi meninggalkan kedua anak dan istrinya dengan berlari dan memalingkan muka karena malu dari orang-orang. Ketika kedua anaknya telah besar, mereka pergi mencari ayahnya, Ham. Mereka pun sampai pada suatu desa yang berada di tepi sungai Nil. Dikisahkan bahwa anak yang laki-laki melompati saudara perempuannya sehingga hamil dan melahirkan dua perempuan jariyah yang keduanya hitam pula. Kemudian, anak-anak itu mengadakan pernikahan, dari keturunan mereka inilah dikenal dengan orang Sudan.

Berdasarkan riwayat Al Kisa’i

Daerah yang di tempati oleh keturunan Yafits dikenal dengan nama An-Nawbat. Adapun kisahnya adalah ketika Yafits berjalan di suatau negeri timur lalu menikah. Istrinya melahirkan 5 anak yaitu Jauhar, Batras, Mayasikh, Sanaf, dan Saquil. Dari Jauhar lahirlah bangsa Salafia, Romawi dan Yunani. Dari keturunan Batras melahirkan bangsa Turki dan bangsa yang bermata sipit. Dari keturunan Mayasikh lahir bangsa Ajam atau non Arab. Dari keturunan Sanaf lahir bangsa Ya’juj dan Ma’juj. Dari keturunan Saqwil lahir bangsa Armenia.

Keturunan Sam ada 5 yaitu Arfakhsyad, Hasyim, Hawil,  yang menurunkan para Anbiya’ dan Salihin. Dari keturunanya pula lahir bangsa Arab, Mesir, dan Kabilah Yaman. Dari keturunan Hasyim melahirkan kaum Yaman yang banyak disebut dengan an-Nasanis. Di wajahnya hanya terdapat satu mata, satu telinga, dan satu kaki. Dari Huwail melahirkan orang ‘amaliqah dan ‘amadiyah. Dari Irmu melahirkan kabilah ‘Ad dan Tsamud. Dari Samlikha tidak ada keturunan karena mandul.

Ats-Tsa’labi mengatakan bahwa Sam hidup sampai usia 600 tahun. Diriwayatkan pula Nabi Nuh As. telah berdoa kepada Allah agar Sam tidak mati sebelum ia berdoa meminta kepada Allah agar dicabut nyawanya. Pada akhirnya, ketika Sam sudah mulai sulit mengalami pergerakan, ia meminta kepada Allah agar dicabut nyawanya. Ia pun dikuburkan di kota Nawa bawahan dari Hauron.

Wahab bin Munabih mengatakan bahwa usia hidup Nabi Nuh setelah keluar dari kapal adalah 200 tahun. Waktu diutusnya Nabi Nuh adalah sewaktu putranya berusia 250 tahun dan total usianya adalah 950 tahun. Allah mengabarkan dalam Alquran sewaktu Nabi Nuh mendapatkan usianya yang telah sampai pada ajalnya, datanglah malaikat maut dengan mengucapkan, “Assalamualaika ya Nabiyyallah”. Lalu Nabi Nuh menjawab, “Waalaikassalam. Hati saya benar-benar bergetar sebab ucapan salam engkau”. Malaikat Maut mengatakan, “Aku adalah malaikat maut yang datang kepada engkau untuk mencabut nyawamu”. Ketika Nabi Nuh mendengar ucapan itu, wajahnya berubah gugup dan lisannya gagap. Malaikat maut pun berkata, “Apakah engkau takut Wahai Nuh? Apakah tidak kenyang dari dunia, dan engkau adalah orang yang berumur terpanjang?” Nabi Nuh pun berkata, “Akan tetapi, aku menemukan dunia adalah rumah yang didalamnya ada dua pintu yaitu pintu masuk dan di akhirnya ada pintu keluar. Kemudian malaikat maut memberikan gelas dari minuman surga dan berkata, “Minumlah dari minuman ini, sehingga ketakutanmu akan reda, maka ambilah dan minumlah”. Selama Nabi Nuh minum, kematiannya runtuh dan Allah bersholawat atasnya. Setelah itu, putra-putra Nabi Nuh mempersiapkan memandikan, mengafani, dan menyalati. Lalu dikuburkan di desa yang dekat dengan Karki. Di sekitar kubur Nabi Nuh muncul sumber mata air.

Dinukil dari Kitab Badai’u al-zuhur fi waqai’u ad-duhur, halaman 78-80 dalam Kitab Manhaj Dzawil Fikri Jilid 1 karangan Syekh al-Barakat Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafiyu