Kiai Dalhar lahir di kawasan pesantren Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang. Beliau lahir pada 10 Syawal 1286 H/ 12 Januari 1870. Nama kecilnya adalah Nahrowi, pemberian dari orang tuanya.

Nasab Kiai Dalhar tersambung pada trah Raja Mataram, Amangkurat III. Ayah Kiai Dalhar bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo.

Kiai Dalhar mewarisi semangat dakwah dan perjuangan dari ayah dan kakeknya. Sejak kecil, beliau haus akan ilmu agama, dengan mengaji dan belajar di pesantren. Pada usia 13 tahun, Nahrowi (Dalhar kecil) mulai belajar mondok. Ia mengaji kepada Mbah Kiai Mad Ushul di kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di pesantren ini, Kiai Dalhar belajar ilmu tauhid selama 2 tahun.

Di tanah Hijaz, nama “Dalhar” menemukan sejarahnya, yakni pemberian dari Syaikh Sayyid Muhammad  Babashol al-Hasani, hingga tersemat nama Nahrowi Dalhar. Kiai Dalhar memperoleh ijazah mursyid Thariqah Syadziliyyah dari Syaikh Muhtarom al-Makki dan ijazah aurad Dalailul Khairat dari Sayyid Muhammad Amin al-Madani.

Mbah Kiai Dalhar mencatatkan sejarah dalam jaringan ulama Nusantara, sebagai rujukan keilmuan, perjuangan serta sufisme dalam tradisi pesantren. Kiai Dalhar wafat pada 23 Ramadhan, bertepatan dengan 8 April 1959. Jasad Kiai Dalhar dikebumikan di pemakaman Gunungpring, Watucongol, Muntilan, Magelang. Kisah perjuangan dan keteladanan Kiai Dalhar menjadi bukti betapa penting jaringan ulama-santri dalam mengawal negeri, menjemput kemerdekaan Indonesia

Komplek makam Kyai Raden Santri  yang berada bukit Gunung Pring pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Lokasi dikenal sebagai tempat Kiai Nahrowi Dalhar dimakamkan. Komplek makam ini  tidak pernah sepi oleh para peziarah, terutama di bulan Muharram. Tidak hanya ramai oleh para peziarah, tetapi juga pasar wisata yang berada di sekitar komplek makam. Komplek makam berada di atas bukit yang banyak ditumbuhi pring kemudian terkenal dengan  sebutan Gunung Pring. Lokasi makam berada pada ketinggian  perlu stamina yang prima menaiki  setidaknya 222 anak tangga untuk sampai ke puncak. Sampai puncak bukit dijumpai puluhan makam berderet rapi seperti makam Kiai Raden Santri, Kiai Krapak III  hingga Kiai Dalhar Nahrowi.