SEBERAPA PENTINGKAH MENULIS BAGI MANAJEMEN STRES KEHIDUPAN MANUSIA?
Evita Eka Septiani
Tahukah kalian apakah menulis itu penting bagi kesehatan mental kita dan dapat mencegah stres? Bagaimana pengaruh baik yang dapat diperoleh oleh tubuh karena menulis? Secara umum, menulis ternyata mempunyai manfaat bagi pelakunya bahkan untuk kelangsungan hidupnya. Arti kata menulis menurut Jakob Sumarno dalam buku yag berjudul Catatan Kecil Menulis Cerpen (1997) sebagaimana yang telah dikutip Didik Khomaidi dalam bukunya Panduan Lengkap Menulis Kreatif Proses, Keterampilan, dan Profesi (2017) adalah suatu proses yang melahirkan karya tulisan yang berisikan gagasan. Menulis mulai dijadikan sebagai hobi oleh beberapa orang meskipun belum semua konsisten dan belum begitu produktif. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sedang dicoba digiatkan untuk mengembangkan kebangkitan dunia literasi bangsa melatih kreativitas anak bangsa agar literasi negara Indonesia tidak semakin merosot. Kegiatan literasi saat ini sudah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sekolah dari jenjang terendah yaitu SD/MI, SMP/Mts hingga jenjang SMA/MA/SMK dengan tujuan mengenalkan dan melatih peserta didik untuk gemar membaca kritis menggali wawasan baru dengan merangkum suatu bacaan ataupun buku, majalah, dan sejenisnya serta mengembangkan budaya menulis dengan proses kreatif.
Di Indonesia, minat warga Indonesia untuk membaca masih sangat rendah dari negara lain. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ashraf Hidayati dalam jurnal penelitian dan penalarannya Jurnal Pena Volume 4 Pengembangan Model Til (The Information Literacy) Tipe The Big6 Dalam Proses Pembelajaran Sebagai Upaya Menumbuhkan Budaya Literasi Di Sekolah (2017), minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah yang disebabkan kebiasaannya berkomunikasi melalui lisan ke lisan tanpa melihat dan memperhatikan kepenulisan apa yang diucapkannya, sehingga sebagian besar dari mereka tidak berminat dengan membaca karena menurut mereka kata-kata lebih asyik dan nyaman jika disampaikan melalui lisan daripada kata-kata yang berupa tulisan dalam buku yang menurut sebagian besar masyarakat terasa menjenuhkan. Selain itu, minat membaca dan menulis siswa Indonesia juga cukup rendah. Rendahnya minat dan kebiasaan membaca, menulis, menyimak, serta berpikir kritis siswa di Indonesia juga dijelaskan oleh lembaga lietrasi dunia. Menurut data PIRLS Progress International Reading Literacy Study tahun 2011 yaitu suatu lembaga uji lieterasi dunia menerangkan bahwa uji literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan, Indonesia menduduki urutan ke-45 dari 48 negara peserta, dengan memperoleh skor 428 dari skor rata-rata 500 (Mullis, 2012). Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA (Programe for International Student Assesment) 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dari 65 peserta dengan memperoleh skor 396 dari skor rata-rata 493, sedangkan menurut OECD saat tahun 2014 pada PISA 2012 peringkat Indonesia menurun yaitu berada pada peringkat ke-64 dari 65 peserta dengan skor 396 dari skor rata-rata 496.
Selain minat masyarakat dan siswa dalam dunia literasi yang sangat memprihatinkan, masih menurut Ashraf Hidayati dikutip dari yang diungkapkan Wiedarti pada tahun 2016, fakta rendahnya literasi masyarakat Indonesia dapat dilihat juga dari penemuan UNESCO tentang terkait dari kebiasaan membaca masyarakat Indonesia berada pada kategori rendah, yaitu dalam penelitian tersebut ditemukan hanya satu dari 1000 orang masyarakat Indonesia yang gemar membaca. Dari data itu, maka sebaiknya gerakan kebiasaan menulis dan membaca harus segera diupayakan bagi masyarakat, karena membaca itu sangat penting bagi kehidupan sebagai manusia yang akan berguna bagi apapun kegiatan yang dilakukan. Dengan membaca, kita dapat memperoleh wawasan pengetahuan luas membuka tabir ketidaktahuan kita tentang dunia beserta ilmu di dalamnya. Jika yang gemar membaca buku hanya sedikit, maka hanya merekalah yang mendapatkan pengetahuan, sedangkan orang lain malas membaca karena alasan membosankan, menjernihkan segalanya tidak mendapatkan pengetahuan yang seharusnya sangat diperlukan. Padahal dengan cara rajin membaca dapat meningkatkan kecerdasan, jika ditinjau dari data maka bagaimana dengan orang-orang yang tidak suka membaca? Orang yang tidak suka membaca tingkat kecerdasannya menjadi rendah karena tidak ada asupan ilmu pengetahuan pembuka jendela tabir dunia, dan dengan menulis otak dapat menangkap dan menyerap ilmu dengan mudah.
Dengan kegemaran menulis dan literasi perlu ditumbuhkan agar tingkat buta huruf, kebodohan semakin berkurang. Tanpa diketahui banyak orang jika menulis memiliki berbagai macam manfaat tersembunyi bagi otak ataupun kesehatan mental. Beberapa manfaat dari rutin menulis dapat didapatkan, menurut Didik Komaidi dalam buku Panduan Lengkap Menulis Kreatif Proses, Keterampilan, dan Profesi (2017), yaitu pertama, dari menulis dapat menimbulkan rasa ingin tahu tinggi dan melatih kepekaan penulis dalam melihat realitas di lingkungan sekitar. Bagi orang suka menulis maka akan merasakan rasa ingin tahu pada sekitar, sehingga menimbulkan kepekaan yang baik pada lingkungan seperti ikut merasakan kesedihan orang lain di sekitar, maupun kesedihan dalam cerita dalam buku yang dibacanya, juga dapat merasakan kebahagiaan tersendiri dari hanya melihat kebahagiaan orang di sekitarnya. Selain itu, jika alam sedang terkena bencana atau tidak baik-baik saja tanpa sengaja akan sangat peka ikut terbawa dalam kegelisahan alam sekitar mulai berubah. Manfaat kedua, menulis dapat mendorong kita mencari referensi lain, seperti buku bacaan, majalah, koran, ataupun jurnal atau juga lainnya. Dengan referensi tersebut, dengan seiring pengetahuan yang kita tulis berdasar sumber lain, maka akan semakin bertambah juga wawasan pengetahuan yang kita dapatkan dan bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan otak akan hal-hal baru. Ketiga, dengan menulis terlatih untuk menyusun pikiran argumen secara urut, sistematis, logis, dan teratur yang membantu kita mudah menyampaikan pendapat kita karena bertambah cerdas akan pengetahuan. Manfaat keempat, yaitu menulis dapat membuat hati kita merasakan kepuasan batin setelah tulisan kita diterima oleh media massa maupun penerbit, karena merasa tulisan gagasan kita dapat bermanfaat bagi orang lain, serta dalam sisi ekonomi kita akan mendapat honorium sehingga ekonomi kita merasa terbantu. Kelima, manfaat menulis dapat kita rasakan jika tulisan kita dibaca orang banyak sehingga dihargai orang lain, serta jika tulisan bermanfaat bagi orang lain, dan dilaksanakan oleh orang lain yang menjadi amal jariyah kita jika waktu datang menjemput dapat menjadi tabungan amal yang akan terus mengalir meski penulis telah tiada. Selain itu, manfaat menulis yang akan kita rasakan dalam kepribadian hidup yaitu budaya menulis ini secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan otak berpikir dan manajemen stres bagi penulisnya.
Dari salah satu manfaat menulis, dapat memanajemen stres karena saat menulis segala isi hati, unek-unek, rasa bahagia, maupun sedih, gelisah ditumpahkan melalui tulisan yang ditorehkan atas kertas. Menurut Didik Komaidi di dalam bukunya Panduan Lengkap Mnulis Kreatif Proses, Keterampilan, dan Profesi, dalam tulisan, orang dapat menuliskan apa saja yang mengganjal di pikiran, perasaan tanpa diganggu bahkan tanpa diketahui orang lain. Dengan cara tersebut penulis membuat dunia imajinasi tersendiri yang bebas dari intervensi ataupun hasutan orang lain. Kegiatan menulis melatih kita akan selalu berpikir positif dalam apa yang dituliskan, hal ini akan mempengaruhi psikologis dan mental yang akan menurunkan stres penulisnya, sehingga pikiran akan stabil. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Enik Nur Kholidah dan Asmadi Alsa di dalam Jurnal Psikologi Volume 39 Berpikir Positif Untuk Mengurangi Stres Psikologis (2012), yaitu temuan hasil penelitian, secara signifikan menyatakan pelatihan berpikir positif efektif menurunkan tingkat stres pada mahasiswa ataupun siswa. Hasil empiris yang disajikan menjelaskan bahwa frame2 of reference yang digunakan dalam penyusunan pelatihan telah sesuai dengan sasaran dan tujuan pelatihan, yaitu rangkaian pelatihan yang dirancang secara sistematis dan sesuai harapan yang diungkapkan pada sesi harapan dan evaluasi. Pelatihan ini menggunakan kombinasi dari berbagai metode yaitu curah gagasan, berpikir kritis secara positif baik melalui lisan atau ditulis pada kertas, presentasi, ceramah dengan fasilitas multimedia, permainan, bermain peran, lembar tugas, tugas rumah, curhat dan berdiskusi. Hal ini merupakan nilai lebih pelatihan, sekaligus memperkuat pendapat sebelumnya bahwa pemberian pelatihan berpikir positif menyebutkan bahwa subyek merasakan manfaat dalam mengatasi berbagai permasalahan kehidupan. Limbert (2004) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa berpikir positif mempunyai peran membuat individu dapat menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih positif. Penelitian Susilowati, (2008) pelatihan berpikir positif signifikan untuk mengelola depresi pada penyandang cacat tubuh, hal ini menunjukkan bahwa pelatihan berpikir positif signifikan dalam mempengaruhi pengelolaan depresi pada penyandang cacat. Pada penelitian Yanuarti (2007) menunjukkan bahwa pelatihan berpikir positif berpengaruh sangat signifikan dalam menurunkan depresi.
Menulis juga merupakan budaya Islam yang telah tercantum dalam Al Quran sebagaimana yang diuangkapkan Siti Inayatul Faiza, dkk pada Membangun Indonesia Berbasis Nilai-Nilai Agama Seminar Nasional & Call For Paper ADPISI (2015), bahwa budaya menulis dalam islam, tentu tidak bisa dipisahkan dari sejarah peradaban Islam yang kegiatan tulis-menulis sebenamya sudah dimulai sejak awal mula kelahiran islam itu sendiri. Turunnya wahyu pertama yakni QS. al-‘Alaq 96:4 yang menyatakan ”yang mengajar manusia dengan perantara qalam” merupakan seruan tidak langsung bagi masyarakat arab kala itu, khususnya umat islam untuk menulis. Dalam tafsir al-Qurtubi (2006:379) diungkapkan bahwa orang Arab kala itu adalah masyarakat yang kental dengan tradisi lisan dan tidak menyukai tradisi tulis menulis. Oleh karenanya, wahyu pertama yang turun berisi perintah untuk membaca dan menulis.
Oleh karena itu, berdasarkan yang telah disampaikan berikut, kita sebagai generasi muda sebaiknya harus mengembangkan daya pikir positif secara kritis melalui kegiatan menulis. Kegiatan menulis dapat dilaksanakan melalui media massa, artikel, puisi, esai, ataupun curahan isi hati dituangkan dalam buku jurnal catatan harian kita agar dapat mengurangi stres pikiran kita. Dengan cara itu diupayakan supaya dapat meningkatkan minat baca orang Indonesia semakin tinggi, serta dapat mengurangi tingkat stres kita dalam kehidupan sehingga dapat berpikir stabil sehingga tidak gegabah dalam melakukan sesuatu karena memiliki ilmu. Selain itu, dengan menulis dapat mempelajari teladan dari umat Islam terdahulu saat awal adanya Islam, seperti para sahabat Rasulullah SAW dan mengamalkan ajaran Al Quran yang berisi Allah Swt mengajarkan hambanya untuk selalu membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam kesehatan dan dalam menggapai ridho Allah Swt dalam kebaikan.
Kulon Progo, 22 April 2020
SUMBER REFERENSI
Hidayati, Ashraf. 2017. Pengembangan Model Til (The Information Literacy) Tipe The Big6 Dalam Proses Pembelajaran Sebagai Upaya Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah. Jurnal Pena Volume 4 Tahun 2017 Jurnal Penelitian dan Penalaran.
Kholidah, Enik Nur dan Asmadi Alsa. 2012. Berpikir Positif Untuk Mengurangi Stres Psikologis. Jurnal Psikologi UGM Volume 39 Tahun 2012.
Komaidi, Didik. 2017. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Proses, Keterampilan, dan Profesi. Bantul : Araska.
Faiza, Siti Inayatul dkk. 2015. Membangun Indonesia Berbasis Nilai-Nilai Agama. Seminar Nasional & Call For Paper ADPISI Tahun 2015.
Leave A Comment