Keutamaan Akhlak Yang Baik Dan Tercelanya Akhlak Yang Buruk

-Ditulis Oleh: Alfla Syukur Al-Ichsan

Akhlak yang baik dan mulia merupakan sifat Rasulullah Saw., dan yang paling utama di antara segala amalan para shiddiqin. Dan itulah tak diragukan lagi setengah dari nilai agama, buah perjuangan kejiwaan kaum muttaqin dan inti latihan mental para ahli ibadah.

Akhlak yang buruk merupakan sumber segala racun pembunuh, yang membinasahkan dengan kejam, yang mendatangkan berbagai penyimpangan moral yang memalukan, kehinaan yang nyata, kebusukan perilaku yang menjauhkan manusia dari Rabbul ‘Alamin, dan menjerumuskan pelakunya kedalam kelompok setan terkutuk. Akhlak yang bueuk merupakan kumpulan semua penyakit yang mematikan hati.

Keutamaan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk

Allah Swt., telah berfirman kepada nabi-nya dan kekasih-nya (Muhammad Saw) seraya memujinya dan menunjukan karunia-nya atas dirinya :

…dan sesungguhnya enggkau benar-benar berbudi yang luhur.(QS Al-Qalam; 4)

Aisyah r.a. menyatakan bahwa, “Akhlak Rasulullah Saw. Adalah Al-Qur’an.”

Seseorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang akhlak yang baik maka beliau membacakan kepadanya firman Allah Swt., jadilah engkau seorang pemaaf, suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang jahil (QS Al-A’raf: 199). Kemudian beliau menambahkan: yang artinya “itu akan terwujud dengan tetap memelihara tali silahturahmi terhadap siapa yang memutuskannya terhadapmu, memberi siapa yang menahan pemberiannya kepadamu, dan memaafkan siapa yang telah melakukan kezoliman terhadapmu” Rasulullah Saw. Juga pernah bersabda yang artinya: “sesungguhnya aku hanyalah diutus demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”

“Timbangan palingberat dari apa yang diletakan di atas neraca hari kiamat kelak, adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”

Seorang laki-laki pernah datang menghadap Rasulullah Saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Beliau menjawab, “Akhlak yang baik!” Orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah kanan beliau, dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Beliau menjawab, “Akhlak yang baik.” Namun, orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah kiri beliau, dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Beliau pun menjawab lagi, “Akhlak yang baik.” Orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah belakang, seraya bertanya, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Maka, beliau menoleh kepadanya dan bersabda, “Tidakkah kau mengerti? Itu adalah dengan upayamu untuk tidak marah.”

Rasulullah Saw. juga pernah ditanya, “Apakah kesialan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk!”

Diriwayatkan pula bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Saw., “Berilah aku nasihat.” Beliau pun mengatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, di mana pun engkau berada.” Orang itu berkata lagi, “Tambahkan untukku.” Sabda beliau, “Ikutilah perbuatan burukmu (yang telanjur kau kerjakan) dengan suatu perbuatan baik, sehingga (dengan perbuatan seperti itu) engkau dapat menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Tambahkanlah untukku.” Sabda beliau pula, “Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”

 

“Timbangan paling berat dari apa yang diletakkan di atas neraca Hari Kiamat kelak, adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”

(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).