Napak Tilas: Masjid Pathok Negoro Mlangi

Oleh: Departemen Sosial Budaya

Masjid Pathok Negara Mlangi merupakan salah satu dari empat Masjid Pathok Negara. Keempat Masjid Pathok Negara tersebut adalah Masjid Pathok Negara Plosokuning yang berada di utara, Masjid Pathok Negara Dongkelan yang beradapa di selatan, Masjid Pathok Negara Babadan yang berada di timur, dan Masjid Pathok Negara Mlangi yang berada di barat. Letak Masjid Pathok Negara Mlangi berada di Jl. Mlangi RT.5 RW.33, Area Sawah, Nogotirto, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masjid Pathok Negara Mlangi didirikan oleh BPH. Sandiyo, atau lebih dikenal sebagai Kyai Nur Iman. Beliau merupakan putra dari Raja Mataram, Susuhunan Amangkurat IV, dan merupakan kakak dari Sri Sultan Hamengku Buwono I. Walaupun beliau merupakan keturunan kraton namun beliau tidak menginginkan tahta sebagai raja di keraton Yogyakarta. Beliau lebih memilih mengabdikan dirinya diluar kraton dengan mengembangkan ajaran islam dan mengabdi kepada agama.

Masjid Pathok Negara Mlangi merupakan Masjid Pathok Negara yang pertama didirikan dibandingkan dengan Masjid Pathok Negara lainya. Hal ini didasarkan keterangan dari Bapak H Aban Ichwan selaku ketua takmir Masjid Pathok Negara Mlangi, beliau menyatakan bahwa masjid ini merupakan Masjid Pathok Negara yang pertama didirikan diantara 3 masjid Pathok Negara lainya,

Tahun berdirinya Masjid Pathok Negara Mlangi terdapat perbedaan pendapat. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud, dan jogjacagar.jogjaprov, masjid ini didirikan pada tahun 1723 M. Sedangkan menurut pendapat lain yang dilansir dari wisatabudayaku.sv.ugm, masjid ini didirikan pada tahun 1755 M. Sedangkan menurut Bapak H Aban Ichwan selaku ketua takmir Masjid Pathok Negara Mlangi, beliau menyatakan bahwa nasjid ini didirikan sekitar tahun 750.

Pathok Negara secara makna kata, pathok adalah sesuatu yang ditancapkan sebagai batas atau penanda, selain itu bisa juga berarti aturan, pedoman, atau dasar hukum. Sedangkan negara adalah negara, Kerajaan, atau pemerintahan. Sehingga pathok negara bisa diartikan sebagai batas wilayah negara.  

Mengenai nama Mlangi terdapat dua pendapat dalam penamaan wilayah tersebut. Pedapat pertama adalah Mlangi yang diambil dari kata (mulangi) mengajar, dan pendapat kedua Mlangi diambil dari kata (mleng-mleng ambune wangi) berbau harum. Menurut pendapat pertama yang mengemukakan bahwa Mlangi diambil dari kata (mulangi) mengajar, menjelaskan bahwa nama (mulangi) diambil dari cita-cita Kyai Nur Iman untuk mensyiarkan ajaran agama islam sejak masih muda. Sedangkan menurut pendapat kedua yang menyatakan Mlangi diambil dari kata (mleng-mleng ambune wangi) berbau harum, karena pada zaman dulu Kyai Nur Iman mendapatkan petunjuk untuk mencari tempat yang berbau wangi/harum maka ditemukanlah Mlangi ini.

Pada zaman dulu Masjid Pathok Negara Mlangi tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah dan penyebaran agama islam, karena masjid ini juga digunakan sebagai tiang negara, keamanan, rapat perang, pertahanan rakyat, dan batas wilayah serta, latihan perang yang di samarkan menjadi kesenian seperti kubro siswo. Namun pada saat ini masjid ini sudah tidak digunakan sebagai tiang negara, keamanan, rapat perang, pertahanan rakyat, dan batas wilayah serta latihan perang. Akan tetapi sudah di alih fungsikan untuk kegiatan ibadah, pengajian, maulidan, dan pertunjukan kesenian.

Bangunan Masjid Pathok Negara Mlangi yang sekarang ini merupakan hasil renovasi atas intruksi dari Sultan Hamengku Buwono X. Hal ini dikarenakan pada tahun 1985 bangunan masjid ini direnovasi oleh masyarakat Mlangi menjadi bangunan masjid yang berarsitektur modern sehingga menghilangkan ciri khas arsitektur masjid. Ditetapkannya UU No 11 Tahun 2010 membawa Sultan untuk kembali menginstruksikan para pengurus masjid untuk mengembalikan bangunan masjid ke bentuk asalnya. Intruksi ini menuai pro dan kontra dari masyarakat Mlangi, sehingga renovasi tersebut baru bisa dilaksanakan pada tahun 2012.

Setelah dikembalikan ke bentuk asalnya, bangunan Masjid Pathok Negara Mlangi bisa dibilang cukup unik karena bangunan masjid ini memiliki arsitektur dan ornamen khas jawa. Seperti pada bagian utama masjid terbadapat empat buah saka guru (tiang utama) yang terbuat dari kayu.  Menurut Kyai Ihsan selaku tokoh masyarakat Mlangi, menyatakan bahwa filosofi dari empat tiang saka guru adalah di dalam islam ketika seseorang berpegang pada syariat, thoriqat, sampai hakikiat maka dia akan bersifat makrifat. Di depan masjid juga terdapat bangsal yang ada di sisi kanan dan sisi kiri halaman masjid. Bangsal ini seperti bangunan pendopo pada umumnya, namun tidak dikelilingi oleh dinding melainkan hanya dengan pagar kayu. Selain itu masjid ini juga memiliki tiga pintu utama, tetapi hanya dua pintu yang dibuka yakni pintu selatan dan utara. Untuk pintu tengah tidak sembarang dibuka, namun dibuka hanya ketika sholat jumat dan ketika ada orang yang meninggal.