Syeh Bela-Belu adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa. Dikutip dari NU Online, beliau yang dikenal pula sebagai Maulana Maghribi merupakan seorang ulama sufi dengan latar belakang keilmuan yang mendalam. Beliau tidak hanya menyebarkan ajaran Islam tetapi juga berhasil menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal masyarakat Jawa. Strategi dakwah yang mengedepankan akulturasi ini menjadi salah satu alasan Islam diterima dengan baik di masyarakat setempat tanpa menghilangkan kearifan lokal.

 

Asal-Usul dan Perjalanan Dakwah

Menurut beberapa sumber, Syeh Bela-Belu diyakini berasal dari Timur Tengah dan tiba di Tanah Jawa dalam rangka penyebaran Islam. Nama asli beliau sering disebut sebagai Maulana Maghribi, dan keberadaannya dikaitkan dengan masa awal perkembangan Islam di wilayah pesisir selatan Jawa. Dikutip dari buku “Islam di Jawa: Dakwah dan Akulturasi Budaya” oleh Agus Supriyanto, beliau tidak hanya berdakwah di wilayah Parangtritis tetapi juga dikenal memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh besar lain seperti para wali, termasuk Sunan Kalijaga. Kedekatan ini menunjukkan bagaimana peran Syeh Bela-Belu terintegrasi dalam jaringan penyebaran Islam di Nusantara.

 

Warisan Spiritual dan Budaya

Lokasi makam Syeh Bela-Belu di Parangtritis menjadi salah satu tempat ziarah penting. Dikutip dari NU Online, makam tersebut juga sering digunakan sebagai lokasi rukyatul hilal, tradisi penentuan awal bulan Hijriyah yang dilakukan oleh berbagai organisasi Islam, termasuk Nahdlatul Ulama (NU). Selain nilai historisnya, makam ini juga mengandung aspek spiritual yang tinggi karena masyarakat percaya bahwa keberkahan dakwah beliau masih dirasakan hingga saat ini. Keunikan makam tersebut mencerminkan perpaduan nilai-nilai Islam dan tradisi budaya Jawa.

Syeh Bela-Belu juga dikenal menanamkan nilai-nilai seperti cinta kasih, toleransi, dan pentingnya akhlak mulia. Pendekatan tasawuf yang beliau gunakan dalam dakwah telah berhasil menciptakan harmoni di tengah masyarakat yang beragam. Buku “Tradisi Islam: Rekonstruksi Sejarah dan Makna” karya Nurcholish Madjid menekankan bahwa ulama seperti Syeh Bela-Belu memainkan peran penting dalam membangun hubungan sosial yang harmonis, tidak hanya secara spiritual tetapi juga sosial.

 

Relevansi Nilai-Nilai Beliau di Zaman Modern

Ajaran-ajaran Syeh Bela-Belu yang menekankan akhlak, toleransi, dan pendekatan inklusif tetap relevan di era modern. Di tengah tantangan pluralisme saat ini, nilai-nilai yang beliau wariskan dapat menjadi pedoman dalam membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati. Pendidikan karakter yang beliau tanamkan juga menjadi pelajaran penting bagi generasi muda, khususnya dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal.

 

Daftar Pustaka

Madjid, Nurcholish. (1995). Tradisi Islam: Rekonstruksi Sejarah dan Makna. Jakarta: Paramadina.

NU Online. “Syeikh Bela-Belu dan Tradisi Rukyatul Hilal di Parangtritis.” Diakses dari https://nu.or.id.

Kementerian Agama RI. “Lokasi Rukyatul Hilal dan Peran Parangtritis.” Diakses dari https://kemenag.go.id.

Supriyanto, Agus. (2020). “Islam di Jawa: Dakwah dan Akulturasi Budaya”. Jakarta: Pustaka Islami.